Ada beberapa faktor pendukung untuk mewujudkan ketahanan pangan,
yaitu kemitraan dengan swasta, distribusi merata hingga ke pelosok, program
peningkatan serta banyaknya variasi atau jenis pangan yang akan kita
kembangkan,” terang Bupati dalam kegiatan yang dilaksanakan Badan Pelaksana
Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BPPKP, Red) Bulungan. “Dijelaskan, visi
Kabupaten Bulungan yaitu mewujudkan pusat pangan berbasis industri pada 2021.
Ketahanan pangan yaitu kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan
perorangan baik jumlah maupun mutu, aman, beragam, bergizi, merata dan
terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya
masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan”ungkap
Bupati Bulungan, H Sudjati, SH.(21/12/2016).
Kemitraan pemerintah daerah dan swasta dibutuhkan untuk mewujudkan
ketahanan pangan di Kabupaten Bulungan. Bupati Bulungan, H Sudjati, SH
menyampaikan hal itu saat membuka rapat koordinasi Dewan Ketahanan Pangan di
ruang serbaguna Kantor Bupati
“Melalui rakor ini saya harap berbagai stakeholder dapat
merumuskan program kegiatan yang secara nyata dapat mewujudkan ketahanan
pangan,” tandasnya. Rakor diikuti lintas sektoral, mulai dari satuan kerja,
perusahaan swasta hingga akademisi. Selain paparan dari BPPKP, rakor diisi
pula presentasi dari Dinas Pertanian, Dinas Perikanan dan Kelautan,
Disperindagkop, Rektor Universitas Kaltara serta Bappeda Bulungan.
Kepala BPPKP Bulungan, Ahmad Yani menerangkan, pemerintah telah
mengeluarkan kebijakan berupa UU No 18 Tahun 2012 tentang Pangan dan PP No 17
Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi. Maka upaya meningkatkan pangan
secara makro yaitu setiap saat tersedia pangan yang cukup, merata dan
terjangkau dan secara mikro setiap rumah tangga dapat hidup sehat, aktif dan
produktif secara berkelanjutan.
“Bila ada petani yang masih beli beras berarti di tingkat rumah
tangga berarti masih belum mencapai ketahanan pangan,” terangnya. Diuraikan,
kondisi pangan saat ini di Indonesia sebagian besar masih impor. Sementara di
Kabupaten Bulungan dengan jumlah penduduk 154.934 jiwa tercatat kebutuhan beras
mencapai 17.508 ton per tahun. Jumlah produksi beras di Bulungan sebesar 38.527
ton per tahun sehingga masih surplus. Untuk jagung tingkat kebutuhan mencapai
741 ton per tahun dengan tingkat produksi 805 ton per tahun juga masih surplus.
Namun untuk kedelai, tingkat kebutuhan di Bulungan mencapai 1.069 ton per tahun
dengan jumlah produksi kedelai sebesar 69 ton per tahun sehingga masih minus.
“Jadi kita masih perlu melakukan banyak kegiatan untuk mewujudkan
ketahanan pangan di Bulungan,” tandasnya. Rektor Universitas Kaltara, Dr Abdul
Jabarsyah dalam kesempatan sama menekankan, pentingya research and development
atau penelitian dan pengembangan untuk mewujudkan ketahanan pangan. Beberapa
kawasan di Indonesia yang gagal menjadi lumbung pangan dinilai akibat
lemahnya penerapan kebijakan berbasis knowledge atau ilmu pengetahuan.
“Pemerintah sudah menggelontorkan dana hingga ratusan miliar untuk
mewujudkan kawasan pangan namun akhirnya gagal karena kurangnya penelitian
untuk mengukur kemampuan lahan,” ungkapnya. Maka konsep pembangunan pangan
berbasis knowledge atau ilmu pengetahuan harus diutamakan. Dicontohkan, negara
Korea Selatan saat ini begitu maju karena tidak segan menggelontorkan miliaran
dolar untuk penelitian dan pengembangan. Tidak heran saat berkunjung ke Korsel
akan dijumpai lahan sawah dan pertanian lainnya yang dapat tumbuh baik
berdampingan dengan pabrik industri seperti Samsung dan Hyundai.
“Sudah saatnya Kabupaten Bulungan memiliki perusda pangan yang tidak
hanya membeli beras atau pupuk tapi yang utama yaitu melakukan penelitian dan
pengembangan pangan bekerjasama dengan perguruan tinggi,” pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar