JAKARTA – Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) 2017 Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) mencapai
nilai 69,84 dengan tingkat pertumbuhan 0,92 persen. Nilai ini meningkat 0,64
dibandingkan IPM tahun sebelumnya sebesar 69,20. Data lain menunjukkan, sejak
lima tahun terakhir, IPM di Kaltara menunjukkan tren terus meningkat.
Laporan dari Badan
Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada 27 Agustus 2018, menunjukkan sebaran
IPM 2017 untuk kabupaten dan kota di Kaltara, tertinggi adalah Kota Tarakan
dengan nilai 75,27 dan tingkat pertumbuhan 0,52 persen. Sementara Niliai IPM
yang terendah di Kabupaten Nunukan (65,10) dengan tingkat pertumbuhan 1,17
persen.
Gubernur Kaltara Dr H
Irianto Lambrie mengungkapkan, sesuai laporan yang disampaikan BPS Kaltara,
dengan nilai IPM 2017 sebesar 69,84, maka Kaltara berada pada kelompok ‘sedang’
dalam hal pembangunan manusia. “IPM ini mengukur capaian pembangunan manusia
berbasis komponen dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM
dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Yakni, umur panjang dan sehat,
pengetahuan serta kehidupan yang layak,” jelas Gubernur.
Capaian IPM 2017 ini,
sebut Irianto sejalan dengan perkembangan pembangunan manusia di tingkat
nasional. Dimana, secara umum pembangunan manusia di level provinsi terus
meningkat dari tahun ke tahun. “Alhamdulillah, Kaltara IPM-nya terus mengalami
peningkatan. Di samping itu, kita juga perlu melihat indikator lain yang
digunakan untuk mencatat kemajuan pembangunan manusia. Salah satunya, kecepatan
pembangunan manusia. Ini menunjukkan upaya yang telah dilakukan untuk mencapai suatu
level tertentu dalam pembangunan manusia di Kaltara,” urai Irianto.
Berdasarkan catatan
BPS, nilai IPM Kaltara yang dihitung sejak 2013 hingga 2017 terus meningkat.
Pada 2013, nilai IPM Kaltara sebesar 67,99; 2014 sebesar 68,64; 2015 sebesar
68,76; dan 2016 sebesar 69,20. “Upaya mempercepat pembangunan manusia itu
dilakukan dalam sejumlah aspek. Seperti di bidang pendidikan, kesehatan,
infrastruktur dan lainnya. Di bidang pendidikan, Pemprov Kaltara menyediakan
berbagai program kegiatan untuk menunjang peningkatan kualitas manusia Kaltara.
Ada program beasiswa Kaltara Cerdas, program ADik, dan lainnya. Di kesehatan,
ada program Kaltara Sehat, jemput pasien kurang mampu dan lainnya,” beber
Gubernur.
Capaian program itu,
terlihat dari membaiknya indikator penilaian IPM. Di mana, Umur Harapan Hidup
(UHH) 2017 Kaltara mencapai 72,47 yang menunjukkan bahwa masyarakat Kaltara
sudah dapat menjaga kesehatannya dengan baik, sehingga masa tuanya lebih bugar.
Lalu, pada indikator Harapan Lama Sekolah (HLS), di 2017 Kaltara mencapai 12,79
tahun dengan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) 8,62 tahun. “Ini menunjukkan manusia
di Kaltara, minimal sudah bersekolah hingga ke jenjang SLTA. Artinya, kualitas
pendidikan tetap menjadi perhatian masyarakat,” ungkap Gubernur.
Sebanding dengan
capaian itu, pada indikator pengeluaran, rata-rata masyarakat Kaltara memiliki
pengeluaran sekitar Rp 8,64 juta per kapita per tahun. Ini berarti, sudah
menunjukkan perbaikan roda perekonomian yang menopang tingginya produktivitas
masyarakat atau pekerja. Juga didorong oleh daya konsumsi masyarakat Kaltara
yang semakin membaik.
Sebagai informasi,
secara nasional, BPS mencatat IPM Indonesia pada 2017 sebesar 70,81 atau
meningkat sebesar 0,63 dari tahun sebelumnya. Tahun 2017 merupakan tahun kedua
Indonesia berstatus pembangunan manusia ‘tinggi’ dengan UHH saat lahir mencapai
71,06 tahun. “Ini berarti bahwa bayi yang baru lahir dapat bertahan hidup
hingga usia 71,06 tahun. Secara rata-rata, penduduk Indonesia usia 25 tahun ke
atas sudah menempuh 8,10 tahun masa sekolah atau telah menyelesaikan pendidikan
setara kelas VIII,” jelasanya.
Selain itu, rata-rata
penduduk usia 7 tahun yang mulai bersekolah, diharapkan dapat mengenyam
pendidikan hingga 12,85 tahun atau setara dengan Diploma I. Tidak kalah penting,
standar hidup layak Indonesia yang diwakili oleh indikator pengeluaran per
kapita yang disesuaikan sudah mencapai Rp10.664.000,00 per kapita per tahun.(humas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar